حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرِ بْنِ زِيَادٍ و حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا شَرِيكٌ عَنْ أَبِي الْيَقْظَانِ عَنْ عَدِيِّ بْنِ ثَابِتٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمُسْتَحَاضَةِ تَدَعُ الصَّلَاةَ أَيَّامَ أَقْرَائِهَا ثُمَّ تَغْتَسِلُ وَتُصَلِّي وَالْوُضُوءُ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ قَالَ أَبُو دَاوُد زَادَ عُثْمَانُ وَتَصُومُ وَتُصَلِّي : سنن أبي داوود {٢٥٥}
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far bin Ziyad, dan telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abi Syaibah telah menceritakan kepada kami Syarik dari Abu Al Yaqzhan dari Adi bin Tsabit dari Ayahnya dari Kakeknya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Tentang wanita yang istihadlah (mengeluarkan darah penyakit): “Hendaklah dia meninggalkan shalat pada hari-hari haidlnya, kemudian mandi dan shalat, serta berwudhu pada setiap kali shalat.” Abu Dawud berkata: Utsman menambahkan: dan puasa serta shalat. { Sunan Abu Daud 255 }